Sabtu, 15 Agustus 2009

Review Film: G.I. Joe: Rise of Cobra


Masih ingatkah kamu dengan mainan atau tontonan masa kecilmu yang namanya G.I. Joe? Kalau kamu ingat, pasti dong ada karakter favoritmu yang nyantol di kepala. Dulu ketika redaksi KotGa ngobrol santai tentang mainan G.I. Joe, banyak nama-nama karakter G.I. Joe favorit kami yang kami bayangkan bila menjadi sosok manusia di dalam film. Sekarang kami tidak perlu berkhayal lagi karena film G.I. Joe: Rise of Cobra telah hadir di tengah-tengah kita. Siap membuat para penggemarnya menari-nari bahagia, karena karakter-karakter kesayangannya memiliki versi manusia yang keren sekali. Enggak sabaran ingin nonton film G.I. Joe: Rise of Cobra? Eits, baca dulu dong review kami yang satu ini.

Film G.I. Joe: Rise of Cobra dibuka dengan mimpi dan cita-cita Amerika dan NATO untuk menjadi negara adikuasa yang digdaya. Hal tersebut diwujudkan dengan pembelian empat hulu ledak yang memiliki teknologi nano-mites. Nano-mites adalah robot-robot kecil yang berukuran nano (mikroskopik) yang pada awalnya dipakai manusia untuk melawan penyakit kanker. Adapun perusahaan yang mengubah cara kerja nano-mites adalah sebuah perusahaan pembuat senjata bernama M.A.R.S. yang dipimpin oleh McCullen (Christopher Eccleston). Untuk mengawal keempat hulu ledak tersebut telah dipersiapkan sepasukan tentara yang dilengkapi dengan ACV (kendaraan tempur pengangkut pasukan) dan dua buah AH-64 Apache.

Pasukan yang mengantar hulu ledak nano-mites dipimpin oleh Duke (Channing Tatum) dan Ripcord (Marlon Wayans). Saat diperjalanan, mereka asyik ngobrol masalah keinginan Ripcord untuk pindah ke angkatan udara Amerika. Duke menganggap konyol keputusan Ripcord yang ingin pindah ke angkatan udara. Bagi Duke, pertempuran yang sesungguhnya terjadi di tengah-tengah area peperangan, bukan di atasnya. Ketika sibuk memperdebatkan keputusan Ripcord, tiba-tiba pasukan tersebut diserang oleh sebuah pesawat terbang dengan teknologi yang tidak lazim. Dalam hitungan detik pesawat tersebut meluluh lantakan pasukan Duke dan Ripcord, serta menembak jatuh dua heli Apache yang mengawal mereka.

Mobil yang dinaiki Duke dan Ripcord terbalik dan menghempaskan mereka berdua. Dari dalam badan pesawat tersebut, keluar sepasukan tentara bersenjatakan senapan canggih yang menembakkan gelombang kejut. Dalam kondisi terjepit, duke memilih untuk menyelamatkan Ripcord terlebih dahulu baru kemudian merebut kembali empat koper yang berisi empat hulu ledak nano-mites. Pasukan tersebut ternyata dipimpin oleh Baroness (Sienna Miller) yang dikenali Duke sebagai Ana. Ditengah-tengah pertempuran sengit, muncul tiga orang tentara yang keluar dari pesawat asing yang terbang dengan cara VTOL (lepas landas dan mendarat tegak lurus) seperti V-22 Osprey. Ketiga orang tersebut menghabisi para tentara yang menyerang dengan senjata yang mereka miliki. Ketiga orang tersebut adalah Snake Eyes (Ray Park), Scarlett (Rachel Nichols) dan Heavy Duty (Adewale Akinnuoye-Agbaje).

Duke berhasil menangkap Baroness dan merebut koper tersebut dari dirinya. Melihat pasukannya kocar-kacir, Baroness memilih untuk menyelamatkan dirinya dan meninggalkan hulu ledak nano-mites. Saat membalikkan badan, Duke menemukan kalau Snake Eyes, Scarlett, Heavy Duty dan Breaker (Said Taghmaoui) sudah mencegat dirinya sambil meminta Duke untuk menyerahkan tas yang berisikan hulu ledak nano-mites. Breaker memperlihatkan pada Duke sebuah perangkat komunikasi yang memakai teknologi hologram. Dari alat itu Duke berbicara dengan Jendral Hawk (Dennis Quaid) yang berusaha meyakinkan Duke kalau mereka berada di sisi yang sama. Karena berpegang teguh pada prinsip prajurit yang tidak akan mengabaikan perintah, Duke tetap tidak percaya pada perkataan Hawk. Akhirnya diputuskan oleh Heavy Duty, Duke akan ikut mereka ke markas rahasia bersama-sama dengan tas tersebut.

Apa yang sebenarnya sedang dihadapi oleh Duke? Untuk siapakah Snake Eyes, Scarlett, Heavy Duty dan Breaker bekerja? Apa peranan Hawk? Apa yang diincar oleh Baroness? Mengapa Ana menjadi Baroness? Penasaran dengan kualitas filmnya? Baca terus review kami.

Film G.I. Joe: Rise of Cobra memiliki detil cerita yang jauh lebih baik daripada Transformers : Revenge of the Fallen. Semua plot cerita ditata apik dan dibuat berhubungan sepanjang film. Cerita dalam film ini benar-benar mengalir begitu saja dan mudah diikuti. Padahal film ini banyak berisikan adegan flashback yang menceritakan masa lalu beberapa karakter penting, seperti masa lalu Snake Eyes, Strom Shadow (Byung-hun Lee), Baroness dan Duke. Pokoknya cerita dalam film ini bisa kamu acungi dua jempol sekaligus, karena mudah untuk diikuti tetapi tetap menarik sampai akhir film. Film ini juga tergolong lengkap dalam memilih lokasi shooting. Kita akan bertemu adegan yang mengambil lokasi di hutan, markas rahasia G.I. Joe, jalanan kota Paris, kutub utara, hingga bawah laut.

Dari sisi para pemainnya tidak ada yang berakting menonjol di film ini. Tetapi kapan lagi kamu bisa melihat Sienna Miller berperan sebagai penjahat sexy yang nakal. Kapan lagi kamu melihat Ray Park main film tanpa memperlihatkan wajahnya dan mengeluarkan suaranya sedikitpun. Jadi walaupun tidak ada yang menonjol, akting mereka tetap pas dan enak untuk dinikmati walau sebenarnya masih jauh dari karakter versi komiknya. Tetapi bukankah itu malah menjadikan film G.I. Joe: Rise of Cobra bisa dinikmati oleh siapa saja?

Film ini memiliki adegan aksi yang sangat banyak. Untunglah efek ledakan dan efek-efek lainnya dibuat dengan sangat keren. Masalah justru datang pada CGI yang masih kasar dan kurang menyatu dengan background. Beberapa unit tempur milik para G.I. Joe juga memiliki desain yang konyol. Bayangkan, pesawat para G.I. Joe terlihat seperti kaleng sarden terbang berteknologi VTOL. Sebenarnya kami tahu maksud pemilihan bentuk mulus dan pipih dari pesawat tersebut. Tujuannya adalah untuk menambahkan unsur stealth pada pesawat tersebut. Tetapi kenapa di mata kami pesawat tersebut malah terlihat norak dan konyol yah? Lagian kami rasa, warna perak mengkilat bukanlah warna yang baik untuk menyembunyikan pesawat kamu dari pengindraan musuh. Pokoknya untuk urusan desain dan CGI, kami hanya salut pada desain kostum Snake Eyes yang top abis. Sisanya cendrung kurang atau biasa-biasa saja.

Film G.I. Joe: Rise of Cobra adalah sebuah film aksi yang sangat pas untuk menemani akhir pekanmu kali ini. Pokoknya kamu tidak akan menyesal membeli tiket untuk menyaksikan film ini. Khusus bagi para penggemar G.I. Joe., mungkin film ini kurang terasa G.I. Joe-nya. Tetapi tenang saja, masih ada kesempatan lain yang akan terbuka kedepannya. Jadi kesempatan untuk melihat the real G.I. Joe masih terbuka lebar, apalagi kalau film ini meledak di pasaran. Transformers sudah, G.I. Joe sudah, kayaknya yang kurang tinggal Avengers. Kapan dan bagaimana jadinya Avengers? Tongkrongin terus KotGa untuk mendapatkan informasi tentang film-film game. Akhir kata kami ucapkan selamat menyaksikan film G.I. Joe: Rise of Cobra di bioskop-bioskop terdekat.


Label:

0 Komentar:

Posting Komentar

Berlangganan Posting Komentar [Atom]

<< Beranda